Masjid Tiban termasuk salah satu wisata religi yang populer di Malang, Jawa Timur. Masjid megah yang menyerupai Kastil dengan kubah unik warna biru berpadu putih. Selain beribadah, pengunjung bisa melakukan berbagai aktivitas menarik.
1. Terdiri dari 10 Lantai
Berbeda dengan rumah ibadah umat Islam pada umumnya, sebab Masjid Tiban terdiri dari 10 lantai. Setiap lantai masjid yang konon dibangun sejak tahun 1978 ini memiliki fungsi berbeda. Lantai 1 hingga lantai 4 difungsikan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan para santri, sedangkan lantai 6 difungsikan sebagai ruang keluarga.
Khusus lantai 5, 7, dan 8 difungsikan sebagai toko perbelanjaan yang dikelola langsung oleh para santri. Setiap tokonya menawarkan berbagai produk mulai dari makanan hingga pernak pernik yang cocok dijadikan sebagai buah tangan terbaik bagi kerabat maupun keluarga di kampung halaman. Harga yang ditawarkan pun cukup ramah di kantong.
2. Dibangun Oleh Para Santri
Dibalik kemegahannya, siapa sangka jika bangunan ibadah tersebut ternyata dibangun tanpa bantuan dari arsitek berpengalaman di bidangnya. Justru masjid unik ini dibangun oleh para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir. Pondok pesantren tersebut bahkan masih berada satu kawasan dengan Masjid Tiban itu sendiri.
3. Fasilitas Lengkap
Meski bangunan ini memiliki fungsi utama sebagai rumah ibadah, namun pihak pengelola tidak lupa melengkapi fasilitas demi kenyamanan selama berada disana. Mulai dari ruang ibadah, ruang makan, dapur, ruang beristirahat sejenak, loket masuk akuarium, hingga kebun binatang mini bisa ditemukan di rumah ibadah tersebut.
4. Wisata Religi Favorit
Pada awalnya Masjid Tiban Malang dikenal sebagai bangunan ibadah dan melakukan berbagai aktivitas santri. Namun lambat laun bangunan in pun difungsikan sebagai destinasi wisata yang tidak kalah menarik dikunjungi selama berlibur ke Malang. Dianggap sebagai destinasi wisata, karena gaya arsitekturnya yang unik berhasil memunculkan rasa penasaran.
Uniknya sang arsitek masjid ini ternyata bukanlah orang yang mempelajari ilmu arsitektur di salah satu universitas ternama. Namun gaya arsitekturnya yang mempesona tersebut konon dihasilkan dari istikharah sang pemilik pondok pesantren tersebut yang bernama KH. Achmad Bahru Mafdloludin.